Berita Terkini

Kamis, 29 Desember 2011

TRNASPLANTASI ORGAN

TRNASPLANTASI ORGAN
Suwanto

1.      Pengantar
Transplantasi organ adalah wilayah dalam ilmu kedokteran; modern, dimana telah terjadi paling banyak perubahan radikal dan perkembangan yang menggemparkan. Perkembangan-perkembangan baru di bidang obat-obatan, metode transplantasi, dari pembuatan pelbagai organ arfilitasial telah mengubah pendangan kita tentang transplantasi organ.
Sebuah cerita dalam harian The lNew York Times1Telah menyebut pelbagai perusahaan dan alat pengganti bionik yang mereka buat : alat transplansi untuk kuping, pergelangan ltangan, lutut, kakai atau lengan, pergelangan kakai, pembuluh darah, tulang sendi jari kakai, ligamen pundak dan lutut, pundak sendi jari kaki, ligamen pundak dan lutut, pundak, siku, pangkal paha, dan lensa mata. Tentu saja, disini perelu kita tambah lagi jantung buatan yang telah digunakan oleh pelbagai pasien, sebagai pengganti permanen maupunk sementara. Transplantasi-tranplatansi organ berlangsung terus dan obat cyclosporin telah membantu mengurangi penolakan organ-organ yang di cangkok ini.
Namun demikian, masih tetap tinggal beberapa problem. Permintaan organ terus-menerus melebihi persediaan, sebagai dengan dramatis tampak dalam pencairan organ, yang dilakukan di Amerika Serikat dengan mengikuti sertakan media masaa nasional. Pembatasan antara penelitian dan terapi kadang-kadang menjadi kabur. Masalah alokasi lsumber daya tampil terus-menerus, karena biaya dialisis dan transplatansi meningkat  terus.
Dalam baba ini kita akan mempelajari dulu beberapa masalah latar belakang, lalu beberapa masalah etis, dan akhirnya kita menambah beberapa catatan tentang jantung buatan.

2.      Beberapa masalah Latara Belakang
a.      Segi Teknis
Pelbagai masalah teknis timbul disini. Pertama, dalam penelitian ilmiah diupayakan terus mengembangkan material yang tidak akan merusak darah atau mengembangkan material yang tidak merusak darah atau substansi organis lain yang terkena alat atau organ lar tifisisal itu. Misalnya, materialitu harus sanggup mencegah terjadinya pengumpalan darah dan juga tidak boleh merusak sel-sel darah. Dan sebagaimana sudah disebut sebelumnya, berlangsung terus penelitian  tentang obat yag bisa menekan sistem imunitas si resipien tentang obat yang bisa menekan  sistem imunitas lsi resipien, sehingga tubuhnya tidak akan menolak organ baru itu. Yang dibutuhkan ialah mencegah terjadinya penolakan, tapi tidak begitu kuat seghingga tibuh  kehilangan segala perlindungan terhadap infeksi. Akhirnya, perlu dikembangkan suatu sumber energi yang lebih cocok untuk jantung buatan. Biarpun sudah ada kemajuan cukup besar, namun sumber energi itu masih tetap dipasang di luar rtubuh dan membutuhkan orang lain untuk mengangkutnya.  

b.      Segi Umum
Tentang beberapa masalah lain tidak begitu jelas mereka harus dimasukkan di mana. Masalah-masalah itubersifat sosial serta pra-etis, dan berkaitan dengan hakikat dunia medis itu sendiri. Pertama, bukankah dana yang dipakai untuk mengembangkan dan menggunakan organ-organ artifisial itu bisa dipakai lebih baik untuk upaya pendidikan, guna mencegah penyakit? Apakah praktek kedokteran harus mengubah haluan, dari usaha menyembuhkan penyakit ke arah usaha pertama-tama mencegah penyakit? Pergeseran semacam itu akan mengubah drastis pengertian kita tentang ilmu kedokteran dan akan berdampak mendalam atas dua generasi yang berikut. Namun dalam jangka waktu yang panjang perubahan ini akan jelas lebih murah.
Kedua, di Amerika Serikat dialisis ginjal sekarang ini pada dasarnya di subsidi oleh pemerintah federal. Biaya untuk itu sudah melebihi satu milyar dolar setahunb dan pasti akan naik terus., Apakah penyakit-penyakit lain perlu disubsidi dengan cara yang sama itu sejenis? Mengapa dialisis menuduki posisi terprivilese ini? Seandainya penyakit-penyakit fatal lainnya diperlukan dengan cara yang sama atau sejenis, jelaskan kiranya bahwa seluyruh Anggaran Pendapatan dan belanja nasional Amerika Serikat akan dihabiskan oleh pelayanan kesehatan. Perlu kita berusaha merencanakan subsidi-subsidi untuk kesehatan di masa mendatang, di Amerika Serikat maupun di negara-negara lain.
Ketiga, apakah tingkah laku probadi Harus disesuaikan demi pencegahan penyakit dan kepentinbgan umum? Misalnya, jika semua orang berhenti merokok, angka kasus kanker paru akan menurun drastis. Jika orang tidak menjalankan gaya hidup yang berkaitan dengan pencairan serta penggunaan obat terlarang, banyak kematian dan penyakit dapat dicegah. Jika wanita hamil makan semestinya dan tidak merokok atau minum-minuman keras, probabilitas kelahiran prematur akan berkurang. Jika orang memakai sabuk pengaman, korban kecelakaan mobil akan berkurang. Dan seterusnya, dan seterusnya,. Pengatursn perilaku pribadi dengan cara semacam itu jel;as tidak disukai. Kita ingat saja akan kehebohan dalam masyarakat tentang peraturan yang mewajibkan mengemudi sepeda motot memakai helm atau pengemudi sepeda motor memakai helm atau pengemudi mobil memakai sabuk pengaman. Ketegangan antara kebebasan individu dan kepentingan umum di sini muncul ldengan tajamnya.
Dibalik masalah-masalah ini terdapat pertanyaan mengenai prioritas mana yang kita pilih. Apa yang harus menjadi tujuan-tujuan kita kdalam ilmu kedokteran? Strategi mana harus kita tentukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan ini? Seberapa jauh gaya hidup individu dapat diatur? Dan apa yang menjadi peranan pemerintah, baik dalam menentukan tujuan-tujuan maupun  dalam mensubsidi strategis-strategis untuk mewujudkannya. Banyak dilema di seitar transplantasi organ tidak mudah diselesaikan, jika masalah-masalah ini tidak dibahasa dan dipecahkan dulu.   

3.      Beberapa masalah Etis
a.      Bagaimana Tranplantasi dapat Dibenarkan?
Ada dua cara untuk berpikir ;tentang masalah-masalah etis yang menyangkut tranplantasi. Cara pertama adalah membenarkan bahwa orang yang masih hidup memberikan sebuah organ kepada orang lain. Dengan berbuat demikian, sang donor melenggar integritas tubuhnya dengan enghadapi pembedahan  dan kemungkinan komplikasi bagi kesehatannya di masa mendatang. Disisi lain, banyak organ kita miliki berpsangan dan kita ldapat hidup baik dengan memiliki sebuah saja. Di sini ginjal adalah contoh yang utama. Dalam Konteks ini ada tiga alasan untuk membenartkan pemberian organ.
(1) Kewajiban berbuat baik yang menuntut bahwa kita membantu orang lain, jika risiko bagi kita sendiri tidak seberapa, (2) manfaat yang diperoleh si resipen dari segi usia  dan kualitas kehidupan; (3) risiko-risiko terbatas yang dialami oleh sang donor.
Cara pembenaran kedua diusulkan oleh james Nelson.2 ia menyebutk lima prinsip yang masih tetap berlaku sebagai cara untuk mengevaluasi suatu transplansi tertentu. (1) Transplansi merupakan uoaya terakhir. Pengobatan lain tidak mungkin dan apa yang tersedia telah gagal. (2) Maksud pertama adalah kesehatan pasien. Ini dikatakan untuk menggaris bawahi bahwa tujuan utama bersifat klinis dan bukan eksperimental (3) Persetujuan dengan prosedur haruslah bebas dan berdasarkan informasi,. Pasien hatus mengetahui risiko, manfaat, pilihan-pilihan lain, dan harus memberi izin untuk menjalankan prosedurnya. (4) Perlindungan terhadapo  tidak bersalah. Yang mau ditekankan Nelson adalah agar semua yang terlibat –pasien, keluarga, dan  donot-jangan diberi harapan palsu; lantas hak-hak pasien harus dihormati dan si honor-khususnya jika ia akan dinyatakan mati otak-harus dilindungi (5) Proporsionalitas. Manfaat  yang dibawakan prosedur,l harus mengimbangi risiko dan biaya. Kriterium ini tidak saja memperhatikan kualitas kehidupan, tapi mempertimbangkan juga fisibilitas medis.

b.      Bagaimana Memperoleh Organ?
Secara tradisional organ-organ dihadiahkan atau, jika dirumuskan dengan lebih formal, diperoleh bedasrkan prinsip kerelaan. Prinsip ini menjamin bahwa si donor lakan memberi persetujuan dan tidak akan terjadi paksaan dalam bentuk apa pun. Harapan adalah bahwa latas dasar kerelaanl ini-yang diungkapkan melalui jalan pemberian langsung, kartu donor, catan pada SIM, atau melalui ketentuan dalam wasiat hidup-akan tersedia cukup organ. Namun harapan ini tidakl terpenuhi. Permintaan melampaui jauh penawaran.
Maka telah timbul strategi-strategi baru untuk memperoleh organ-organ. Salah satunya adalah suatu program pendidikan besar-besaran. Tapu lusaha seperti itu  tidak lbegitu berhasil di masa lampau. kStrategi lain adalah pendekatan pasar bebas, dimana orang menjual organnya dengan harga  yang ditentukan pasar. Walaupun strategi ini berlangsung dalam rangka tradisi terhormat dari usaha bebas, namun kebanyakan komentator berpendapat bahwa bagaian-bagian tubuh secara etis tidak bisa diterima, karena memperlakukan tubuh sebagai objek saja dan melanggar martabat manusia. Apalagi, cara ini membuka pintu unbtuk segala macam praktek paksaan. Saran ketiga adalah membuat undang-undang lyang menyatakan bahwa lselama seseorang tidak menetapkan keengganannya menjadi donor, pada saat kematiannya negaralaho keengganannya menjado honor, pada saat kematiannya negaralah yang memiliki tubuhnya dan dapat mengambil organ-organ yang dibutuhkan. Dengan demikian, jika orang tidak ingin menjadi donor, hal itu harus dinyatakan secara eksplisit. Kalau tidak, organ-organ lbisa diambil seperlunya. Usulan seperti ini menjamin pilihan yang bebas dan akan banyak membantu untuk menambah persediaan organ, namun ada orang yang berpendapat bahwa cara ini akan terlalu merensahkan martabat jenazah. Dengan membuat jenazah menjadi barang yang berguna untuk orang lain, kenbangan akan orang yang pernah hadir lewat badan itu bisa dicemar dan perasaan para kerabat bisa dilukai. Akhirnya masih ada usulan yang mengusahakan sebuah kompromi. Menurut undang-undang yang pertama kali dikeluarkan dalam negara bagian New York dan sekarang  diambil alih dalam banyak negara bagian Amerika lainnya, perlu diminta persetujuan keluarga dari pasien yang sedang dalam proses meninggal dunia dimanfaatkan. “Permintaan yang dipersyaratkan” ini, sebagaimana disebutnya oleh Arthu Caplan,3 melindungi kesukarelaan, memberi kesempatan kepada keluarga untuk berbuat baik, menetapkan suatu praktek yang akan dihormati oleh semua, dan langsung mengena alasan mengapa banyak keluarga tidak menghadiahkan organ-organ itu, yaitu mereka tidak diminta. Pentinglah memantau pelaksanaan perundang-undangan perintis di New York ini untuk memastikan  sejauh mana persediaan organ akan bertambah dan apakah keluarga-keluarga lmerasa tersinggung lkarena permintaan semacam- itu atau tidak.

c.       Seleksi Pasien
Massachusetts Task Force On Organ Transplantion pada 1985 mengeluarkan sebuah laporan yang antara lain berisikank pembahasan tentang metode-metode menyeleksi pasien.4 Nilai-nilai yang harus menjadi ;dasar untukj sistem lseleksi  adalah  keadilan, efesiensi nilai kehidupan, dan nilai-nilai sosial penting lainnya.
Skema-skema seleksi yang telah diusulkan harus dipandang dalam cahaya nilai-nilai ini. Yang pertama adalah pendekatan pasar. Di sini organ-organ didapat oleh mereka yang bisa bayar, atau dengan modal mereka sendiri, atau melalui suatu rencana asuransi swasta. Rencana semacam itu jelas-jelas melanggar asas persamaan.
Pendekatan kedua adalah komisi. Pada ketika dialisis baru dimuali, pendekatan ini dipakai, tapi akhirnya ditinggalkan juga. Ternyata komisis itu secara leksplisit menggunakan status sosial sebagai dasar kriterianya. Kesewenang-wenangan macam itu, disadari atau tidak, kurang memperhatikan nilai kehidupan dan sama sekali mengabaikan keadilan.
Ketiga, pendekatan undian-entah dalam bentuk pertama datang pertama dilayani (first come, first served)atau adalam bentuk menarik nomor-berusaha menjadi Fair, dengan memberikan peluang yang sama kepada semua. Namun bisa saja sistem seperti itu tidak efisien atau adil, karena menyamakan begitu saja mereka yang mempunyai prognosis jangka waktu  panjang yang baik dengan mereka  yang  tidak punya prognologis macam itu.
Sebagai pendekatan keempat Task Force itu menyebut kebiasaan yang sedang berlangsung. Pendekatan ini bersifat deskriftip, sejauh dilaporkan apa yang dilakukan orang. Di Inggris, misalnya, sudah menjadi kebiasaan  tidak memberi transplantasi ginjal kepada orang berumur di atas lima puluh lima tahun. Praktek ini tidak dikenal dengan baik dan juga tidak merupakan keputusan yang diambil berdasarkan diskusi umum,. Bertambahnya penyakit ginjal yang terminal dapat berakibat kematian yang sebetulnya tidak diharapkan, dan bisa saja kebijaksanaan tersebut diubah, karena kehidupan  lebih dihargai daripada uang. Di Amerika Serikjat cocok tidaknya secara klinis adalah kriterium yang sering dipakai. Namun demikian, standar kriterium yang sering dipakai. Namun demikian, standar ini mungkin lminta llagi perpenuhinya starat tambahan, seperti misalnya adanya keluarga yang menunjang proses pemulihan. Seperti dicatat oleh laporan tentang pendekatan ini : “Doberi kesan seolah-olah tidak perlu kita pilih, padahal, kita keliru dan akibatnya adalah, atau setiap pasien harus diakui haknya, atau kita harus memilih suatu metode lain untuk menyeleksi pasien”.5
Yang diusulkan oleh Task Force adalah suatu kombinasi pelbagai pendekatan. Pertama-tama harus ada pemeriksaan lawal yang semata-mata didasarkan l atas kriteria medis, termasuk perpanjangan masa hidup  dan kemungkinan kesehatannya pulih kembali. Juga harus disadari kenyataan bahwa orang miskin kerap kali secara medis paling sial justru karena kemiskinannya. Dengan demikian kriteria medis harus adil dan terbuka untuk umum.
Task Force Menganjurkan lagi, agar sesudah seleksi pertama calon-calon resipien transplantasi selesai, akan diterapkan prinsip “pertama datang, pertama dilayani”, dengan hanya satu pengucualian. Pasien dapat ldidahulukan, jika komisi-penilaian tahap kedua berpendapat bahwa jiwanya terancam bahaya maut dan bahaya maut dan bahwa calon yang sedianya direncanakan, dapat dipastikan akan hidup cukup lama untuk mendapat organ yang lain.
Kriteria semacam itu akan memecahkan semua maalah-seperti permintaan yang bertambah, kekurangan organ, biaya semakin tinggi -, namun dengan demikian faktor keadlina memasuki sistem dam kesewenang-wenanganterlalu besar serta penilaian atas dasar status sosial akan dikesampingkan.

d.      Kehidupan itu Berapa harganya?
Yang menjadi masalah pokok adalah masalah alokasi sumber daya, enrah dalam bentuk organ atau dalam bentuk staf medis dan fasiliptas untuk transplantasi ataupun pembiayaan tranplantasi.Betapa pun kita menghargai kehidupan, betapapun kita berpegang teguh pada kehidupan, betapapun hak atas kehidupan berkedudukan tinggi pada skala nilai kita, pada akhirnya selalu ada label harga yang melekat padanya dan salah seorang harus membayar.
Dalam pembiayaan ini termasuk antara lain (tapi daftar ini tidak lengkap) dialisis-entah untuk sementara atau untuk jangka panjang-, rawat inap, perawatan lebih lanjut, peralatan khusus, obat-obatan, terapi fisik dan diet, dam mendengar bahwa selama 1982- umpamanya- di Amerika  Serikat lebih dari 65.000 orang menerima dialisis, maka dapat dibayangkan bahwa ongkosnya luar biasa tinggi. Biaya yang akan ditanggung Medicare6untuk 90.000 pasien yang diestimasikan pada 1995 adalah 5,5 milyar dollar Amerika. Pada 1982 biayanya hampir 2 milyar dollar Amerika.
Memang benarm, dalam setiap anggaran belanja ada kelonggaran tertentu, namun pos yang satu hanya bisa dipindahkan ke pos yang lain untuk waktu terbatas. ;Semua anggaran ke pos yang lian untuk waktu terbats. Semua anggaran belanlja bersifat berhingga dan betapapun besar lkreativitas ldalam memindahkan pos-pos atau mencipatakan  rekening baru, pada akhirnya hanya ada sekian uang yang dapat dibelanjakan. Masyarakat kita ternyata segan menghadapi kenyataan itu. Kenyataan itu. Karena itu salah satu tugas pada dasarwarsa berikut adalah memecahkan ketegangan antara nilai kehidupan dan harga untuk kehidupan.

4.      Jantung Buatan
Perkembangan dibidang jantung  dan penggunaan efektif jantung itu telah menimbulkan pelbagai reaksi. Reaksi pertama menyangkut simbolik. Jantung adalah lambang bagi perasaan manusia yang terdalam dan walaupun kita tahun juga bahwa jantung itu sebuah pompa, namun menggantikan jantung itu sebuah pompa, namun mengganti jantung bilogis dengan jantung mekanis mengakibatkanb masalah-masalah emosional yang mendalam. Kedua, karena jantung bersama dengan otak mempunyai fungsi mempertahankan kehidupan manusia, maka mengeluarkan jantung adalah sangat riskan. Walaupun seseorang menghadapi kematian yang tidak terelakkan karena penyakitnya, namun mengeluarkan jantung pasti mengakibatkan kematian, kalau tidak ada transpantasi atau jantung buatan. Penelitian tentang jantung pasti mengakibatkan kematian, kalau tidak ada transpalnatasi atau jantung buatan. Penelitian tentang jantung buatan sekali lagi menimbulkan pertanyaan, apakah lebih penting pencegahan atau penyembuhan penyakit jantung. Apakah uang lebih baik dipakai untuk pendidikan atau penelitian? Bagaimana orang meninggal dengan penyakit jantun. Apakah uang lebih baik dipakai untuk pendidikan atau penelitian? Bagaimana orang meninggal dengan jantung buatan? Apakah orang mengalami gagalnya pelbagai fungsi tubuh sekaligus seperti halnya dokter gigi, Barney Clark, penerima pertama jantung buatan? Haruskah kita merundingkan dihentikannya sistem energinya? Haruskah kita semata-mata verpegang pada kematian otak sebagai definisi kematian yang paling baik?
Pertanyaan-pertanyaan dengan pertanyaan-pertanyaan lain lagi dipersoalkan dengan hebatnya sejak 1957, ketika program jantung buatan ldimulai. Tahun 1960 jantung buatan pertama dicangkokkan ke dalam seekor anjing yang hidup selama 90 menit. Tahun 1963 National Heart Institute memalui suatu programn jantung atifisial dan pembiayaan federal mulai suatu  tahun 1964. Program ini tidak berkembang selancar seperti diharapkan dan alat-lat dikembangkan untuk membantu jantung. Pada tahun 1969 Dr. Denton Cooly mencangkokkan jantung buatan pertama pada seorang manusia untuk digunakan sampai ditemukan jantung organis. Penelitian berlangsung terus, dibiayai oleh pemerintah federal maupun swasta (160 juta dollar Ameriak dari kas negera pada 1983) dan pada 2 Desember 1982 Dr. Wiliam DeVries mencangkokkan sebuah jantung buatan yang baru pada Drg. Barney Clarkm, yang hidup lagi selama 112 hari sesudah operasi. Pad saat hal ini ditulis telah terjadi enam transpalnatas I jantung buatan.
Banyak telah dipelajaritengang susunan jantung, sumber energi luar telah sangat berkurang besarnya, semarak publisitas dan lbanyaknya konferensi pers sudah tidak lagi seperti sebelumnya. Namun demikian., masih ;tetap tinggal; beberapa masalah. Pendarahan tertap merupakan problem dan juga bahaya terjadinya infeksi. Tapi masalah terbesar adalah penggumpalan darah dan akibatnya bahaya lterjadinya pendarahan otak. Penyebab penggumpalan itu belum jelas dan karenba itu usaha-isaha untuk mengatasinya terhambat.
Sebuah komisi nasional yang dibentuk sesudah gelombang publisutas tentang usaha-usaha baru dan sesudah tinjauan kembali terhadap usaha-usaha itu, telah memberi rekomendasi, agar usaha-usaha federal untuk megembangkan jantung buatan yang seluruhnya diimplatasi akan ditingkatkan. Komisi menyatakan bahwa alat seperti itu dapat “menambahkan secara berarti panjang umur, dengan kualitas kehidupancukup baik, bagi 17.000 sampai 35.000 pasien di bawah usia 70 per tahun”.7 Komisi memperkirakan juga bahwa implantasi berharga sekitar 150.000 dolar Amerika dan bahwa para resipien akan berthan hidup rata-rata empat setengah tahun.
Kiranya lsudah jelas, implantasi jantung buatan telah menimbulkan harapan bagi mereka yang menghindap penyakit jantung yang tidak bisa disembuhkan dan dengan sedikit atau sama sekali tidak ada prospek untuk memperoleh transpantasi. Jantung buatan ini memberi8 lharapan terakhir kepada orang-orang itu. Namun tetap tinggal pertanyaan-pertanyaan tentang kualitas kehidupan. Terkurungnya terus-menerus dalam sebuah kamar, kurang kemungkinan untuk aktivitas, pendarahan otak, dan perhatian berlebihan dari media massa : semuanya itu akan mempunyai dampak lbesar atas kehidupan seseorang.

Banyak pertanyaan harus dijawab lagi dan banyak masalah tetap tinggal, namun penelitian maupun praktek berjalan terus. Pemantauan yang saksama dan analisis terhadap hasil-hasilnya akan lmembantu kita untuk mengevaluasi lebih baik perkembangan yang penting ini.


1 The New York Times, 20 November 1983, section 3, hlm.1
2 james Nelson, Human Medicine, Augsbrug House , 1973, hlm. 152 dan seterusnya.
3 Arthur L. Caplan, “Ethical and Plicy Issues in the Procurenment of Cadaver Organs for Transplantion”, The New  England Journal of Medicine, Vol. 313, No. 15, hlm. 1938.
4 Report of the Massachusetts Task Force Organ Transplantation”, Law Medicine, and Health Care Vol.13, No. 1 hlm.8-26.
5 Ibid, hlm.19.
6 [Catatan dari penerjemahan:]Medicare adalah program pelayanan kesehatan di Amerika Serikat sejak 1965, yang dibaiayai oleh pemerintah federal dan dimaskudkan khusus untuk orang berusia diatas 65 tahun; sedangkan Medicaid adalah program pelayanan kesehatan khusus untuk orang miskin, yang dibiayai oleh poemerintah federal bersama dengan pemerintah negara bahagia.
7 Lawrence K. Altman, “U.S.Panel Gives Heart Implant Firm Backing”, The New York, 24 Mei 1985, hlm.1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar